Jumat, 24 Oktober 2014

Pengenalan dan Etika Japamala

I Dewa Gede Bagus

JAPA = mengulang-ulang kata suci atau bertuah atau mantra. Mengulang tersebut dilakukan hanya dalam ingatan (mental) yang disebut manasika japa, dengan berbisik disebut upamsu japa, dengan bersuara yang terdengar maupun keras disebut wacika japa, dan ada juga dilakukan dengan gerakan atau tulisan/gambar.

MALA = rangkaian biji-bijian, batu, permata, mutiara, mute, merjan, spatika, atau butiran yang terbuat dari keramik, gelas, akar lalang, kayu, seperti kayu tulasi tulsi) dan cendana. Kata mala juga padanan kata tasbih dan rosary. Tasbih yang utama adalah tasbih yang terbuat dari rangkaian biji buah rudraksa.

RUDRAKSA= rudra berarti Siwa dan aksa berarti mata, sehingga arti keseluruhannya berarti mata Siwa, yang sejalan dengan mitologinya bahwa di suatu saat air mata Siwa menitik, kemudian tumbuh menjadi pohon rudraksa menyebar di Negeri Bharatawarsa dan sekitarnya, Malaysia bahkan sampai ke Bumi Nusantara, yang popular dengan nama GANITRI atau GENITRI. Dalam bahasa latinnya disebut ELAEOCARPUS GANITRUS. Ada tiga macam jenis ganitri dan 4 jenis agak berlainan yang dinamai KATULAMPA.

RUDRAKSA = adalah buah kesayangan Siwa dan dianggap tinggi kesuciannya. Oleh karena itu rudraksa dipercaya dapat membersihkan dosa dengan melihatnya, bersentuhan, maupun dengan memakainya sebagai sarana japa (Siva Purana). Sebagai sarana japa atau dapat dipakai oleh seluruh lapisan umat atau oleh ke-empat warna umat, maupun oleh pria atau wanita tua ataupun muda.

Selain pengaruh spiritual/religius tersebut, kepada pemakai rudraksa juga dapat memberikan efek biomedis dan bio-elektomagnetis (energi), secara umum dapat dikatakan dapat memberi efek kesehatan, kesegaran maupun kebugaran. Hal ini terungkap dari buku tentang penyhelidikan secara mendalam terhadap keistimewaan rudraksa tersebut di India.

Untuk mendapat daya-guna sampai maksimal, tentu harus memenuhi etika dan syarat, apalagi untuk memperoleh manfaat-manfaat khusus, berkenaan dengan sifat-sifat tertentu yang dimiliki rudraksa sesuai dengan bentuk, rupa serta jumlah mukhi (juringan)-nya. Secara umum dapat disebutkan bahwa rudraksa harus tidak dipakai/dibawa ke WC, melayat, turut kepemakaman/crematorium, dan tidak dalam keadaan cuntaka (sebel), maupun sebel pada diri wanita. Sebelum dimanfaatkan sebaiknya tasbih genitri itu dipersembahkan di pura, kemudian dimohonkan keampuhannya denagan diperciki tirtha, yang berarti pemakaiannya melalui prosedur ritual. Hal itu ditempuh karena ber-japa dengan tasbih genitri bukan sekedar untuk menghitung-hitung, memakai rangkaian japa-mala rudraksa juga bukan sekedar asesori atau sebagai atribut status quo. Dengan ritual itu ingin dicapai kemantapan bathin yang berdimensi magis, dan memperlakukan japa-mala-rudraksa itu sebagai sarana sakral, di samping untuk kesehatan.

Yang dimaksud dengan etika berjapa, adalah termasuk hal-hal yang akan disebutkan berikut ini. Selama berjapa jagalah jangan sampai bagian bawah tangkainya terkulai begitu saja, apalagi sampai menyentuh tanah. Untuk itu perlu tangan kanan yang meniti butir genitri terangkat setinggi ulu hati dan bagian yang terjuntai ditadah dengan telapak tangan kiri. Ada juga dianjurkan, agar selama berjapa rangkaian rudraksa itu diperlakukan tertutup, bahkan diperlakukan dalam kantung khusus.

Melakukan japa dengan tasbih genitri sebaiknya dengan sikap bathin yang tenang, serta terpusatkan pada tujuan mantra, selagi ibu jari tangan kanan menggerakkan mala dibantu jari tengah dan satu persatu biji rudraksa itu akan melangkahi bagian ujung jari manis.


Jari telunjung maupun jari kelingking tidak diberikan tugas dan tidak menyentuh biji rudraksa.


Mala yang terdiri dari 108 biji rudraksa diuntai dengan benang katun/kapas, memiliki puncak yang diberi nama MERU . Rangkaian Japamala rudraksa ada juga diuntai dengan kawat, bahkan deberi berbagai variasi seperti emas, perak, tembaga, manik-manik yang berwarna-warni sesuai dengan “warna” pemakainya.


Melakukan japa mulai dari mala pertama di bawah Meru............. dan terus berakhir pada mala yang ke 108(terakhir). Kalau hendak melanjutkan lagi, maka mala yang terakhir tadi dianggap yang pertama digerakkan kembali (balik) arah, pantang melewati/menyebrangi Meru. Demikianlah berulang-ulang bolak-balik sampai mencapai jumlah yang dikehendaki.


MANTRA UNTUK BERJAPA


Kebiasaan berjapa dengan mala atau tasbih bagi umat Hindu di Indonesia nyaris tak dikenal, kecuali dikenal hanya dikalangan sulinggih yang memakainya sebagai pelengkap atribut dalam berpuja. Bahkan dikalangan beberapa generasi Hindu. Jika melihat umat agama lain sedang berjapa dengan mala/tasbih, tidak merasakan bahwa berjapa itu merupakan tradisi miliknya juga. Barulah pada penghujung abad XX ini, umat Hindu Indonesia melebarkan cakrawalanya terutama ke pusat kelahiran agama Hindu, dapat memungut kembali butir-butir Japa-mala yang sudah lama tercecer untuk dimanfaatkan kembali. Tidaklah berlebihan disebutkan di sini, bahwa kini sudah saatnya umat Hindu mengambil manfaat ber-japa dengan mala terutama yang terbuat dari rudraksa atau genitri.

MANTRA adalah kata suci atau bertuah yang dapat memberi pengaruh atau getaran yang bersifat magis, apabila disebutkan maupun dijapakan, baik secara ingatan (mansika), berbisik (upamsu), maupun dengan ucapan (wacika). Kata ataupun kata-kata bertuah itu antara lain:


BIJA AKSARA = Yang disebut juga BIJA MANTRA, adalah huruf,atau suku kata, ataupun unsur suku kata itu sendiri yang tak terpisahkan dari tuahnya yang bergetar abadi


NAMA-NAMA TUHAN= Bukan Tuhannya yang banyak. Tuhan hanya satu, tiada duan-Nya, Melainkan Brahman para cendekia yang bijaksana menyebut dengan berbagai nama.


PUJA TAWA = yang juga memiliki “nilai” mantra.


MANTRA-MANTRA:

Dengan memperbandingkan Bija aksara yang kita sudah dikenal dari dulu di Indoenesia dengan Bija mantra yang tersebut dalam buku-buku terbitan India boleh jadi Bija aksara itu juga bisa dipakai untuk mantra-mantra dalam ber-japa- mala.Yang jelas adalah Pranawa OM, Ongkara itu sendiri sebagai Udgita, disamping yang lain-lain seperti: dwi aksara/rwa bhineda, tri aksara, panca aksara, dasa aksara, dasa aksara-bayu dan bija aksara lain yang menjadi pegangan para Husadawan. Ketidak tegasan ini tentu akibat dari pada “tidak” atau “belum” terbiasanya umat Hindu di Indonesia ber-japa-mala.


Tanpa bermaksud meremehkan diri, baiklah kita kutipkan beberapa mantra dari buku-buku terbitan India.


  1. OM : Tuhan itu sendiri, merupakan sumber serta asal muasal yang ada, sehingga wajib kita mendekatkan diri kepadaNya, sembah sujud kepadaNYa dengan berserah diri sepenuhnya ....... dstnya.
  2. KSHRAUM : bija mantra Narasimha (Narasinga) untuk mengusir, rasa takut dan cemas
  3. AIM (ENG) : bija mantra Saraswati, sebagai perkenan/restu bagi remaja putra-putri agar pandai dalam berbagai cabang pelajaran.
  4. SHRI(SRI):bija mantra Dewi Laksmi (Laksmi), yang di Indonesia dikenal dengan nama Dewi Sri Mantra ini di-japa-kan seseorang untuk menuju kemakmuran dan kesenangan.
  5. HRIM : bija mantra Bhuwana-ishwari, atau disebut juga mantra Maya.Kegunaannya diterangkan dalam Dewi Bhagwatma, bahwasanya seseorang bisa menjadi pemimpin dan mendapatkan seluruh yang diinginkan.
  6. KLIM : bija mantra Raja Kama atau Dewa Kama untuk pemenuhan kemauan seseorang.
  7. KRIM :Bija mantra Dewi Kali atau Durga untuk menghancurkan musuh dan memberikan kebahagiaan.
  8. DUM : Bija mantra Durga, marupakan ibunya cosmos untuk mendapatkan perlindungan dari padaNya, serta memberikan apa saja yang diinginkan manusia.
  9. GAM, GLAUM/GAM GLAUM : Bija mantra Ganesha untuk menyingkirkan rintangan serta mengembangkan sukses. Ga berarti Ganesha, La berarti sesuatu yang dapat meresap dan Au berarti cerdas atau daya pikir yang cemerlang.
  10. LAM : Bija mantra Pertiwi (Pritvi), sebagai pertolongan yang menjamin hasil panen baik.
  11. YAM : Bija mantra Bayu (Vayu), untuk mejamin hujan.



Masih banyak lagi bija mantra yang lain, terutama yang bersifat khusus, namun yang disajikan di atas sudah memadai, apalagi ditambah nama-nama Tuhan beserta ista dewata, awatara, maupun puja stawa, antara lain:


OM SRI MAHA GANAPATAYE NAMAH; OM NAMAH SIWAYA; OM NAMO NARAYANAYA; HARI OM; HARI OM TAT SAT; OM SRI HANUMAN NAMAH; OM SRI SARASWATYE NAMAH (OM SRI SARASWATYAI NAMAH) ; OM SRI DURGAYAI NAMAH; OM SRI LAKSHMYAI NAMAH; OM SO HAM; OM AHAM BRAHMANASMI; OM TAT TWAM ASI; OM HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE; HARE KRISHNA HARE KRISHNA KRISHNA KRISHNA HARE HARE; OM SRI RAMA; JAYA RAMA; JAYA JAYA RAMA.


Puja Gayatri atau Sawitri juga dapat di-japa-kan dengan sangat populer dan mahautama. Demikian juga Mahamertyunjaya.


MANTRA MAHA-MRITYUNJAYA

OM TRYAMBAKAM YAJAMAHE SUGANDHIM PUSHTIVARDHANAM;URVAARUKAMIVA BANDHANAAN MRITYORMUKSHEEYA MAAMRITAAT.


Penjelasan:

Mantra Maha-Mertyunjaya (Mrityunjaya) adalah mantra untuk pang-hurip-an (anuggrah jiwa-kehidupan). Pada saat-saat kehidupan sangat komplek dewasa ini, kecelakaan karena gigitan ular, sambar petir, kecelakaan kendaraan ber-motor/sepeda, kebakaran, kecelakaan di air dan udara dan lain-lainnya.


Disamping itu, mantra tersebut mempunyai daya perlindungan yang besar, penyakit-penyakit yang dinyatakan tak tertangani secara medis (dokter), dapat diobati dengan mantra ini, apabila mantra di-uncar-kan (disebutkan secara manasika, upamsu maupun vacika) dengan sungguh-sungguh, jujur dan taat. Mantra tersebut merupakan senjata melawan penyakit-penyakit serta menaklukan kematian.


Mantra Mrityunjaya adalah juga mantra- moksha, mantra-Nya Siwa. Selain memberi berkah mohksha, mantra itu juga memberi berkah kesehatan (Arogya), panjang umur (Dirgha Yusa), kedamaian (shanty), kekayaan (Aiswarya), kemakmuran (Pushti), dan memuaskan (Tushti)


Pada saat ulang tahun mantra ini di-japa-kan sebanyak 100 ribu kali atau paling tidak 50.000 kali, haturkan makanan kepada orang-orang miskin dan orang sakit, akan mendapat berkah seperti tersebut di atas.



sumber: mailing list HDnet (IMW Yasa)

Meditasi dengan Gayatri Mantra

I Dewa Gede Bagus
Gaya hidup cobalah diisi dengan kekuatan konsentrasi penuh dengan perenungan diri dan disertai dengan Gayatri mantra (meditasi). Dan cobalah beberapa tips meditasi ini, dan praktekan. Dan lakukan dengan penuh keyakinan, dan niat suci. Berikut beberapa hal yang perlu di lakukan, bila hidup secara rohani ingin ada kemajuan, guna terhindar dari sakit-saktian.



Sudah dikatakan Gayatri  mantram mempunyai vibrasi sangat kuat terhadap otak dan batin asalkan tahu bagaimana cara menggunakan mantra tersebut. Meditasi pada hakekatnya berhubungan dengan pikiran, kesadaran, serta spirit dan sangat dibutuhkan guru yang khusus. Apabila anda ingin menjadikan Gayatri Mantra sebagai bagian dari meditasi anda harus melakukan puasa putih (tanpa garam,dan tidak minum susu) selama dua hari untuk memohon berkat kepada Maha Dewi.Lakukan puasa mulai hari Rabu (pagi) sampai Jumat (pagi) hanya makan nasi putih dan air putih saja dan lakukan puja Gayatri setiap pagi menghadap matahari terbit, siang hari, dan malam hari. Dalam mengucapkan Gayatri Mantra enam kali untuk pagi hari, emat kali untuk siang hari, dan dua puluh sembilan kali untuk malam hari.

Lakukan puasa dan puja Gayatri dengan ketulusan hati jangan memohon suatu daya-daya sakti tertentu sebab belum tentu keinginan Anda akan terpenuhi. Setelah melakukan puasa dan puja Gayatri selama dua hari barulah Anda diperkenankan untuk melakukan meditasi terhadap Gayatri mantra sebab api spirit Anda sudah menyala.

Dalam penjelasannya puasa putih ini dapat dilakukan sehari saja tapi harus  Senin pagi hingga Selasa pagi. 

TEORI MEDITASI
Sebelum meditasi cucilah muka, tangan, serta kaki, atau anda mandi untuk membersihkan badan dari kotoran sekaligus membuat badan  menjadi segar. Duduklah dengan memakai alas dari tikar, kain, atau selimut, posisi punggung tegak lurus dan tangan diletakkan dipangkuan dalam posisi rilek. Pejamkan mata, serta tenangkan pikiran beberapa detik, setelah itu ucapkan mantra “OM Bhur, OM Bhuvah, OM Svah” ucapkan dengan suara lambat serta santai jangan tergesa-gesa sebanyak lima kali, bertujuan untuk membersihkan lapisan pikiran.

Pada saat mengucapkan mantra ini arahkan pikiran pada mantra dan suara bukan pada bayangan pikiran. Setelah baca mantra selesai tutuplah mulut serta tenangkan pikiran lalu ucapkan Gayatri Mantram


“OM Bhur, Bhuvah, Svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dimahi, dhiyo yo nah pracodayat” dengan lambat dan tenang di dalam hati. Arahkan pikiran serta getaran sura mantra pada jantung, anda cukup meniatkan saja bukan membayangkan.  

Meditasi dengan Gayatri mantram sangat efektif untuk berbagai macam keperluan seperti melindungi diri dari energy negative, kecantikan, kekuatan batin, kecerdasan dan lain-lain. Kekuatan Gayatri Mantra tidak bisa berfungsi apabila disertai niat kurang baik. Meditasi Gayatri Mantra apabila dilakukan dengan baik serta tulus akan banyak muncul keajaiban-keajaibanyang tidak bisa kita sangka.

Energi Gayatri masuk dari ubun-ubun melalui tulang belakang serta menyebar keseluruh tubuh fisik, tubuh energy, dan atma. Banyak guru-guru suci yang tercerahkan mengatakan “pencerahan akan kalian dapatkan pada Gayatri mantra. Pada zaman kali yuga ini tiada yang mampu melepaskan lapisan kekotoran pikiran selain getaran halus dari Gayatri Mantra.

TIPS
Apabila Anda merasa ada sakit yang disebabkan oleh niat jahat seseorang, dan kalau percaya dengan hal ini Anda bisa menggunakan cara berikut ini. Sediakan air bersih, higienis, untuk diminum lalu jemurlah air tersebut pada cahaya matahari serta cahaya bulan di malam hari. Setelah air tersebut dijemur oleh kedua unsure cahaya tersebut berdoalah pada Tuhan sambil membaca Gayatri Mantram 11 kali, setiap habis membaca Gayatri mantram tiupkan nafas anda pada air tersebut. Air tersebut bisa diminum atau dipakai campuran obat, mandi dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini segala macam bentuk energy jahat dari seseorang akan hancur oleh kekuatan dari mantra tersebut. Ada banyak lagi cara-cara yang bisa dijadikan renungan, betapa Gayatri Mantra mampu untuk menghadapi dilema dalam hidup ini.

Sumber : Puragunungsalak

Kamis, 09 Oktober 2014

Urutan Penjapaan Mohon Pemberkatan Dewa Ganesha, Dewi Durga, Dewa Shiva

I Dewa Gede Bagus
Tahap 1 : Mohon pemberkatan Dewa Ganesha

Sebelum melakukan pemujaan Dewa Shiva, selalu kita dahului dengan puja Dewa Ganesha [Sanghyang Btara Ganapati]. Karena Dewa Ganesha adalah pembuka jalan menuju Dewa Shiva. Dan menjapakan mantra Ganesha memiliki manfaat untuk membantu melenyapkan segala rintangan dan memperoleh kesuksesan. Ini agar sadhana yang kita lakukan memperoleh keberhasilan.

1. Kalau kita menjapa dengan japa-mala, pegang dan posisikan japa mala di dada. Kalau tanpa japa-mala bentuk mudra untuk pemujaan Ganesha. Kedua telapak tangan menyatu rapat disaling-silangkan. Kedua ujung ibu jari mengacung keatas. Mudra ini diposisikan di tengah dada [chakra jantung].

Foto kiri  : menjapa dengan japa mala. Foto kanan : menjapa dengan mudra.

2. Pejamkan mata dan lakukan mantrarthabhavana [konsentrasi melakukan visualisasi atau membentuk bayangan mental] kehadiran Dewa Ganesha.

Dewa Ganesha

4. Japakan mantra puja Ganesha : “Om Gum Gam Ganapatyai Namaha. Kalau menggunakan japa-mala lakukan sebanyak 1 putaran  [108 kali]. Kalau tanpa japa-mala, tapi memakai mudra, japakan sebanyak-banyak yang kita rasa cukup [pakai intuisi] dan minimal sebanyak 21 kali. Sambil terus melakukan visualisasi kehadiran beliau.

Tahap 2 : Mohon pemberkatan Dewi Durga

Akan baik kalau sadhana ini juga kita dahului dengan puja Dewi Durga [Sanghyang Btari Durga], sebagai shakti Beliau.

1. Kalau kita menjapa dengan japa-mala, pegang dan posisikan japa mala di dada. Kalau tanpa japa-mala bentuk mudra untuk pemujaan Durga. Jari tengah dan jari manis menumpuk, tangan kiri diatas. Ujung-ujung ibu jari, telunjuk dan kelingking bertemu. Ujung-ujung ibu jari mengarah dan menempel ke tengah dada [chakra jantung], sedangkan ujung-ujung telunjuk dan kelingking mengarah keluar.

Foto kiri  : menjapa dengan japa mala. Foto kanan :menjapa dengan mudra.

2. Pejamkan mata dan lakukan mantrarthabhavana [konsentrasi melakukan visualisasi atau membentuk bayangan mental] kehadiran Dewi Durga.

Dewi Durga

4. Japakan mantra puja Durga : “Om Dum Durgayai Namaha. Kalau menggunakan japa-mala lakukan sebanyak 1 putaran  [108 kali]. Kalau tanpa japa-mala, tapi memakai mudra, japakan sebanyak-banyak yang kita rasa cukup [pakai intuisi] dan minimal sebanyak 21 kali. Sambil terus melakukan visualisasi kehadiran beliau.

Catatan   Bila anda menginginkan menambahkan melakukan pemujaan Ista Dewata lainnya, seperti misalnya Dewi Gayatri [Gayatri Maha-Mantra], Dewi Sarasvati [Om Aim Sarasvatyai Namaha], dsb-nya, anda bisa melakukannya di sela-sela pemujaan Dewi Durga dan Dewa Shiva ini.

Tahap 3 : Sadhana Pemujaan Dewa Shiva

1. Kalau kita menjapa dengan japa-mala, pegang dan posisikan japa mala di dada. Japa-mala terbaik dan paling tepat untuk memuja Dewa Shiva adalah menggunakan japa-mala dari biji rudraksha [genitri]. Kalau tanpa japa-mala bentuk mudra Shiva Linggam. Telapak tangan kiri terbuka keatas. Diatasnya telapak tangan kanan menggenggam dengan ibu jari mengacung keatas. Mudra ini diposisikan dengan genggaman tangan kanan tepat di tengah dada [chakra jantung].

Foto kiri  : menjapa dengan japa mala. Foto kanan :menjapa dengan mudra.

2. Pejamkan mata dan lakukan mantrarthabhavana [konsentrasi melakukan visualisasi atau membentuk bayangan mental] kehadiran Dewa Shiva.

Dewa Shiva

4. Japakan mantra puja Shiva : “Om Namah Shivaya”. Kalau menggunakan japa-mala lakukan sebanyak-banyaknya putaran japa mala yang kita mampu. Kalau tanpa japa-mala, tapi memakai mudra, juga japakan sebanyak-banyaknya. Sambil terus melakukan visualisasi kehadiran beliau.

Semoga Sanghyang Btara Shiwa memberkati kita semua.

Om Rahayu

Sumber : http://www.spiritual-bali.hol.es/