Banjar Umanyar Desa Nyalian, Kecamatan
Banjarangkan, Kabupaten Klungkung secara georafis berada dalam wilayah yang
setrategis. Di sebelah Barat dibatasi oleh DAS (daerah aliran sungai) Tukad
Melangit yang masih sangat alami dengan lanscap natural. Bahkan disepanjang
tepi curam sungai Melangit, baik sebelah barat dan timur terdapat banyak sumber
mata air yang menandakan bahwa daerah yang berada disepanjang sungai memiliki
kadar kesuburan yang tinggi. Di sebelah selatan terbentang areal persawahan
yang bernama Beji, dan berhubungan pula dengan kesucian dan penyucian.
Dalam
teks Raja Purana Batur, banjar Umanyar sering disebut sebagai daerah Uma Sukla
yang secara literal dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang suci. Lebih
jauh disebutkan dalam teks tersebut, bahwa masyarakat Uma Sukla (sekarang
Umanyar) masih berada dalam satu wilayah Wingkang Danu, sehingga diwajibkan
warga Umanyar untuk memohon Tirtha Pakuluh kesuburan ke Pura Ulun Danu Batur,
sehingga lahan pertanian dapat menjadi subur dan bebas dari segala macam merana.
Berdasarkan
apa yang disebutkan dalam teks Raja Purana Batur, dapat kita pastikan bahwa
wilayah Banjar Umanyar adalah sebuah wilayah yang disucikan dan tersucikan,
sehingga wilayah ini dijadikan kesatuan wilayah Wingkang Danu.
Banjar
Umanyar Dikelilinggi Mata Air
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Banjar Umanyar
adalah wilayah yang suci dirasa sangat tepat, mengingat di sebelah Barat
wilayah dikelilingi mata air yang difungsikan sebagai tempat Pesiraman Ida Bhatara. Jadi, beberapa mata
air yang mengalir memang disakralkan sebagai tempat penyucian pratima dan simbol-simbol suci lainnya.
Dari utara ada patirthan Paku Lindung yang difungsikan sebagai tempat pasiraman atau patirthan Ida Bhatara yang bersthana di Pura Puseh. Kemudian di sebelah
selatan ada patirthan Keroya yang dijadikan tempat pasiraman Ida Bhatara di Pura Ulun Suwi yakni Pura Swagina dalam
keitannya dengan persubakan, seperti pertanian lahan kering (abyan) maupun lahan basah (bangket). Kemudian di antara pertitrhan
tersebut, terdapat patirthan Tadah Uwuk yang
belakangan dikelolan dan dikembangkan sebagai tempat penglukatan dengan konsep yang mengacu pada sumber susastra suci
Hindu.
Arti
Kata Tadah Uwuk
Secara literal Tadah Uwuk berasal dari kata Tadah
dan Uwuk. Tadah merujuk pada arti
mati, kematian, membunuh, peleburan, mayat dan sejinisnya. Uwuk merujuk pada arti cairan, air mayat, cerukan, dan bisa juga
diartikan tempat. Jadi merujuk pada arti atau makna kata tersebut, dapat
dipastikan bahwa Tada Uwuk adalah
sebuah tempat dimana air mayat mengalir untuk melebur segala kekotoran diri.
Air Mayat bukan berarti air “danur” atau bahasa Balinya banyeh, tetapi air peleburan untuk melebur segala kekotoran yang
terdapat dalam diri, sehingga diri dapat tersucikan kembali. Sebab orang yang
kotor, hidup seperti mayat berjalan sebagaimana kitab Sarasamusccaya
menyebutkan.
Patirtha Tadah Uwuk sebagai Penglukatan Panca Durga
Patirthan ini disebut
patirthan Tada Uwuk yang unik dan
berbeda dari patirthan lainnya di
Bali. Sumber air yang muncul dari celah bebatuan yang membelah, sehingga
menyembulkan mata air yang besar. Uniknya, patirthan ini tepat berada di bawah setra dan Pura Dalem Banjar Umanyar. Hal
tersebut, semakin menambah kesan magis dan mistik dari patirthan ini.
Mengacu
pada lontar Budha Kecapi Cemeng,
konon pertapaan dari Buda Kecapi didirikan dipinggiran mata air yang mengalir
dari celah bebatuan yang tidak jauh dari patirthan,
tepatnya diatasnya ada kuburan yang disebut dengan Setra Ganda Mayu. Dijelaskan
pula bahwa sengaja I Buda Kecapi membangun pertapaannya di lokasi yang
demikian, karena diketahui mata air tersebut mengandung kasiddhian (kekuatan) untuk melebur segala kekotoran (sarwa mala) dalam diri.
Jadi
merujuk pada teks tersebut, jelas paturthan
Tadah Uwuk kita yakini sebagai patirthan
yang mata airnya mengandung kasiddhian
untuk melebur segala kekotoran. Jadi, dapat dinyatakan bahwa patirthan Tadah Uwuk adalah pusat dari Mandala (simbol magis) yang berhubungan
dengan setra sebagai peleburan dan
Pura Dalem sebagai sthana Bhatara Siwa dengan swabawanya (fungsinya) untuk melebur segala kekotoran diri.
Terlebih mengacu pada lontar Siwa Purana Tattwa, bahwa Bhatara Siwa yang
bersthana di Pura Dalem dan Bhatari Durga sebagai sakti beliau bersthana di
Pengulunin Setra yang sama-sama memiliki fungsi sebagai pelebur. Hyang Bhatari
Durga dengan kekuatan Panca Durga dan Bhatara Siwa dengan kekuatan Panca Kertya
Siwa.
Mengacu
pada konsep teologis atau tattwa tersebut,
maka sengaja Pancuran Paturthan Tadah
Uwuk dibuat lima pancuran sebagai simbolisasi pertemuan antara Bhatara Siwa
dan Saktinya Bhatari Durga sehingga melahirkan tirtha amretam yang melebur segala kekotoran diri. Mata air
mengalir ke pancuran pertama yang di sebelah utara adalah simbolisasi Penglukatan Hyang Sri Durga dimana dengan
daya sakti beliau segala kekotoran
yang melekat dalam anamaya kosa (badan
fisik), seperti sakit cacar, kulit, jerawat, upas desti, upas terang jana dan sejenisnya bisa dilenyapkan.
Kemudian
pancuran ke dua adalah penglukatan Hyang
Dari Durga yakni peleburan segala mala
yang melekat dalam Pranamaya Kosa atau
lapisan badan prana, seperti ipian ala, sumpah cor, tiwang karena desti, kadewan-dewan, sakit karena desti, dan semacamnya. Pancuran ketiga
adalah penglukatan Hyang Sukri Durga yang
difungsikan untuk melebur segala kekotoran yang menempel pada Manomayakosa yakni lapisan badan pikiran
dalam diri, seperti kebingungan, miyut,
salah wetu/oton, setres, kebingungan, gangguan mental dan jiwa dan
semacamnya.
Pancuran
keempat penglukatan Hyang Raji Durga yang
dapat difungsikan sebagai peleburan segala kekotoran pada lapisan Vijnana Kosa atau lapisan badan halus
yang mengotori, sehingga sangat jauh diri kita dari kebijaksanaan, seperti kroda atau marah, iri hati, dendam, kebencian
dan semacamnya yang membuat kita mengalami papa
dan dukha. Selanjutnya pancuran
terakhir yang paling selatan adalah penglukatan
Hyang Dewi Durga yang berfungsi melebur lapisan terdalam dari tubuh, yakni
jiwa-jiwa yang masih terbelenggu wasana
karma, seperti kena sumpah, kena kutukan, kesisipan, kapongor dan semacamnya.
Melalui
kelima penglukatan tersebut diyakini patirthan Tadah Uwuk akan mampu melebur
segala mala kasmala, papa dan
kekotoran yang menempel pada lima lapisan badan atau Panca Maya Kosa dalam
diri.
Panugrahan Pancaka Tirtha/Dewata
Selain penglukatan, konsep yang unik juga dapat dimunculkan di patirthan Tadah Uwuk. Selama ini, patirthan yang lainnya hanya difungsikan
sebagai penglukatan dan peleburan. Tetapi, di patirthan Tadah Uwuk dapat difungsikan
sebagai tempat penglukatan sekaligus
sebagai pemberkatan Sakti Panca Dewata sebagai Pancaka Tirtha yang memberikan
kemakmuran, kesuburan dan ksehatan sekala-niskala.
Pancuran
pertama selain difungsikan sebagai penglukatan
bisa juga sebagai panugrahan Hyang
Bhatara Sadjyojata atau Iswara, dan dalam konsep pangiderin Bhuwana beliau berada di Timur, senjata Bajra, warna
putih, aksara suci SANG menghilangkan mala
dan memberikan anugrah perlindungan.
Pancuran
kedua selain difungsikan sebagai penglukatan
bisa juga sebagai memohon pangrahan Hyang
Bhatara Bamadewa sebagai Brahma, berada di Selatan, warna merah senjata Gada
dan aksara suci BANG menghilangkan papa dan
memberikan anugrah kekuatan.
Pancuran
ketiga selain difungsikan sebagai penglukatan
bisa juga difungsikan sebagai tempat memohon panugrahan dari Hyang Bhatara Tatpurusa atau Mahadewa, berada di
Barat, senjata Nagapasa, aksara suci TANG menghilangkan sarwa klesa dan memberikan anugrah keselamatan.
Pancuran
keempat selain difungsikan sebagai penglukatan
bisa juga difungsikan sebagai tempat memohon anugrah kepada Bhatara Agora
atau Wisnu sebagai pemelihara, berada di Utara, senjata Cakra, warna hitam dan
aksara suci ANG menghilangkan sarwa papa dan
memberikan anugrah kesuburan, kesejahteraan material dan spiritual.
Pancuran
kelima dapat difungsikan sebagai tempat memohon anugerah kepada Bhatara Iswara
atau Hyang Siwa, berada di tengah, senjata Padma, warna panca warna, aksara
suci ING menghilangkan semua papa klesa dan
memberikan anugerah kerahayuan bumi atau alam semesta, baik Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.
Demikianlah
konsep tattwa yang terdapat di Patirthan Tadah Uwuk Banjar Umanyar Desa
Nyalian. Tentunya konsep ini dapat dijadikan ikonik yang khas dari patirthan
ini yang tentunya berbeda dari patirthan yang lain, sehingga menjadi sangat
layak dikunjungi bagi semua umat Hindu. Baik untuk berdharma yatra dan
bertirtha yatra, seperti apa yang diamantkan dalam susastra suci bahwa zaman
kali yadnya yang utama adalah mengunjungi tempat suci, mata air suci guna
melakukan penyucian diri.
Ong
Rahayu