Rabu, 17 Oktober 2018

PATIRTHAN TADAH UWUK BANJAR UMANYAR DESA NYALIAN BANJARANGKAN KLUNGKUNG Penglukatan Panca Durga Penugrahan Pancaka Tirtha


Banjar Umanyar Sebuah Wilayah Suci
Banjar Umanyar Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung secara georafis berada dalam wilayah yang setrategis. Di sebelah Barat dibatasi oleh DAS (daerah aliran sungai) Tukad Melangit yang masih sangat alami dengan lanscap natural. Bahkan disepanjang tepi curam sungai Melangit, baik sebelah barat dan timur terdapat banyak sumber mata air yang menandakan bahwa daerah yang berada disepanjang sungai memiliki kadar kesuburan yang tinggi. Di sebelah selatan terbentang areal persawahan yang bernama Beji, dan berhubungan pula dengan kesucian dan penyucian.


            Dalam teks Raja Purana Batur, banjar Umanyar sering disebut sebagai daerah Uma Sukla yang secara literal dapat diartikan sebagai sebuah wilayah yang suci. Lebih jauh disebutkan dalam teks tersebut, bahwa masyarakat Uma Sukla (sekarang Umanyar) masih berada dalam satu wilayah Wingkang Danu, sehingga diwajibkan warga Umanyar untuk memohon Tirtha Pakuluh kesuburan ke Pura Ulun Danu Batur, sehingga lahan pertanian dapat menjadi subur dan bebas dari segala macam merana.
            Berdasarkan apa yang disebutkan dalam teks Raja Purana Batur, dapat kita pastikan bahwa wilayah Banjar Umanyar adalah sebuah wilayah yang disucikan dan tersucikan, sehingga wilayah ini dijadikan kesatuan wilayah Wingkang Danu.


Banjar Umanyar Dikelilinggi Mata Air
Sebagaimana  disebutkan di atas, bahwa Banjar Umanyar adalah wilayah yang suci dirasa sangat tepat, mengingat di sebelah Barat wilayah dikelilingi mata air yang difungsikan sebagai tempat Pesiraman Ida Bhatara. Jadi, beberapa mata air yang mengalir memang disakralkan sebagai tempat penyucian pratima dan simbol-simbol suci lainnya. Dari utara ada patirthan Paku Lindung yang difungsikan sebagai tempat pasiraman atau patirthan Ida Bhatara yang bersthana di Pura Puseh. Kemudian di sebelah selatan ada patirthan Keroya yang dijadikan tempat pasiraman Ida Bhatara di Pura Ulun Suwi yakni Pura Swagina dalam keitannya dengan persubakan, seperti pertanian lahan kering (abyan) maupun lahan basah (bangket). Kemudian di antara pertitrhan tersebut, terdapat patirthan Tadah Uwuk yang belakangan dikelolan dan dikembangkan sebagai tempat penglukatan dengan konsep yang mengacu pada sumber susastra suci Hindu.



Arti Kata Tadah Uwuk
Secara literal Tadah Uwuk berasal dari kata Tadah dan Uwuk. Tadah merujuk pada arti mati, kematian, membunuh, peleburan, mayat dan sejinisnya. Uwuk merujuk pada arti cairan, air mayat, cerukan, dan bisa juga diartikan tempat. Jadi merujuk pada arti atau makna kata tersebut, dapat dipastikan bahwa Tada Uwuk adalah sebuah tempat dimana air mayat mengalir untuk melebur segala kekotoran diri. Air Mayat bukan berarti air “danur” atau bahasa Balinya banyeh, tetapi air peleburan untuk melebur segala kekotoran yang terdapat dalam diri, sehingga diri dapat tersucikan kembali. Sebab orang yang kotor, hidup seperti mayat berjalan sebagaimana kitab Sarasamusccaya menyebutkan.



Patirtha Tadah Uwuk sebagai Penglukatan Panca Durga
 Patirthan ini disebut patirthan Tada Uwuk yang unik dan berbeda dari patirthan lainnya di Bali. Sumber air yang muncul dari celah bebatuan yang membelah, sehingga menyembulkan mata air yang besar. Uniknya, patirthan ini tepat berada di bawah setra dan Pura Dalem Banjar Umanyar. Hal tersebut, semakin menambah kesan magis dan mistik dari patirthan ini.
            Mengacu pada lontar Budha Kecapi Cemeng, konon pertapaan dari Buda Kecapi didirikan dipinggiran mata air yang mengalir dari celah bebatuan yang tidak jauh dari patirthan, tepatnya diatasnya ada kuburan yang disebut dengan Setra Ganda Mayu. Dijelaskan pula bahwa sengaja I Buda Kecapi membangun pertapaannya di lokasi yang demikian, karena diketahui mata air tersebut mengandung kasiddhian (kekuatan) untuk melebur segala kekotoran (sarwa mala) dalam diri.
            Jadi merujuk pada teks tersebut, jelas paturthan Tadah Uwuk kita yakini sebagai patirthan yang mata airnya mengandung kasiddhian untuk melebur segala kekotoran. Jadi, dapat dinyatakan bahwa patirthan Tadah Uwuk adalah pusat dari Mandala (simbol magis) yang berhubungan dengan setra sebagai peleburan dan Pura Dalem sebagai sthana Bhatara Siwa dengan swabawanya (fungsinya) untuk melebur segala kekotoran diri. Terlebih mengacu pada lontar Siwa Purana Tattwa, bahwa Bhatara Siwa yang bersthana di Pura Dalem dan Bhatari Durga sebagai sakti beliau bersthana di Pengulunin Setra yang sama-sama memiliki fungsi sebagai pelebur. Hyang Bhatari Durga dengan kekuatan Panca Durga dan Bhatara Siwa dengan kekuatan Panca Kertya Siwa.


            Mengacu pada konsep teologis atau tattwa tersebut, maka sengaja Pancuran Paturthan Tadah Uwuk dibuat lima pancuran sebagai simbolisasi pertemuan antara Bhatara Siwa dan Saktinya Bhatari Durga sehingga melahirkan tirtha amretam yang melebur segala kekotoran diri. Mata air mengalir ke pancuran pertama yang di sebelah utara adalah simbolisasi Penglukatan Hyang Sri Durga dimana dengan daya sakti beliau segala kekotoran yang melekat dalam anamaya kosa (badan fisik), seperti sakit cacar, kulit, jerawat, upas desti, upas terang jana dan sejenisnya bisa dilenyapkan.
            Kemudian pancuran ke dua adalah penglukatan Hyang Dari Durga yakni peleburan segala mala yang melekat dalam Pranamaya Kosa atau lapisan badan prana, seperti ipian ala, sumpah cor, tiwang karena desti, kadewan-dewan, sakit karena desti, dan semacamnya. Pancuran ketiga adalah penglukatan Hyang Sukri Durga yang difungsikan untuk melebur segala kekotoran yang menempel pada Manomayakosa yakni lapisan badan pikiran dalam diri, seperti kebingungan, miyut, salah wetu/oton, setres, kebingungan, gangguan mental dan jiwa dan semacamnya.


            Pancuran keempat penglukatan Hyang Raji Durga yang dapat difungsikan sebagai peleburan segala kekotoran pada lapisan Vijnana Kosa atau lapisan badan halus yang mengotori, sehingga sangat jauh diri kita dari kebijaksanaan, seperti kroda atau marah, iri hati, dendam, kebencian dan semacamnya yang membuat kita mengalami papa dan dukha. Selanjutnya pancuran terakhir yang paling selatan adalah penglukatan Hyang Dewi Durga yang berfungsi melebur lapisan terdalam dari tubuh, yakni jiwa-jiwa yang masih terbelenggu wasana karma, seperti kena sumpah, kena kutukan, kesisipan, kapongor dan semacamnya.
            Melalui kelima penglukatan tersebut diyakini patirthan Tadah Uwuk akan mampu melebur segala mala kasmala, papa dan kekotoran yang menempel pada lima lapisan badan atau Panca Maya Kosa dalam diri.

Panugrahan Pancaka Tirtha/Dewata
Selain penglukatan, konsep yang unik juga dapat dimunculkan di patirthan Tadah Uwuk. Selama ini, patirthan yang lainnya hanya difungsikan sebagai penglukatan dan peleburan. Tetapi, di patirthan Tadah Uwuk dapat difungsikan sebagai tempat penglukatan sekaligus sebagai pemberkatan Sakti Panca Dewata sebagai Pancaka Tirtha yang memberikan kemakmuran, kesuburan dan ksehatan sekala-niskala.    
            Pancuran pertama selain difungsikan sebagai penglukatan bisa juga sebagai panugrahan Hyang Bhatara Sadjyojata atau Iswara, dan dalam konsep pangiderin Bhuwana beliau berada di Timur, senjata Bajra, warna putih, aksara suci SANG menghilangkan mala dan memberikan anugrah perlindungan.
            Pancuran kedua selain difungsikan sebagai penglukatan bisa juga sebagai memohon pangrahan Hyang Bhatara Bamadewa sebagai Brahma, berada di Selatan, warna merah senjata Gada dan aksara suci BANG menghilangkan papa dan memberikan anugrah kekuatan.
            Pancuran ketiga selain difungsikan sebagai penglukatan bisa juga difungsikan sebagai tempat memohon panugrahan dari Hyang Bhatara Tatpurusa atau Mahadewa, berada di Barat, senjata Nagapasa, aksara suci TANG menghilangkan sarwa klesa dan memberikan anugrah keselamatan.


            Pancuran keempat selain difungsikan sebagai penglukatan bisa juga difungsikan sebagai tempat memohon anugrah kepada Bhatara Agora atau Wisnu sebagai pemelihara, berada di Utara, senjata Cakra, warna hitam dan aksara suci ANG menghilangkan sarwa papa dan memberikan anugrah kesuburan, kesejahteraan material dan spiritual.
            Pancuran kelima dapat difungsikan sebagai tempat memohon anugerah kepada Bhatara Iswara atau Hyang Siwa, berada di tengah, senjata Padma, warna panca warna, aksara suci ING menghilangkan semua papa klesa dan memberikan anugerah kerahayuan bumi atau alam semesta, baik Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.
            Demikianlah konsep tattwa yang terdapat di Patirthan Tadah Uwuk Banjar Umanyar Desa Nyalian. Tentunya konsep ini dapat dijadikan ikonik yang khas dari patirthan ini yang tentunya berbeda dari patirthan yang lain, sehingga menjadi sangat layak dikunjungi bagi semua umat Hindu. Baik untuk berdharma yatra dan bertirtha yatra, seperti apa yang diamantkan dalam susastra suci bahwa zaman kali yadnya yang utama adalah mengunjungi tempat suci, mata air suci guna melakukan penyucian diri.


Ong Rahayu

I Dewa Gede Bagus

Author & Editor

Semoga apa yang kami sajikan bermanfaat, kami mohon maaf jika ada tutur kata yang kami sajikan kurang berkenan.

0 komentar:

Posting Komentar