Senin, 02 Juni 2008

Perajin Anyaman Keluhkan Sulitnya Bahan Baku

Kerajinan anyaman, terutama anyaman bambu berupa sokasi (tempat banten dan lainnya-red), dulu sangat mudah terlihat di Desa Nyalian, Banjarangkan. Terutama di Banjar Pemenang dan Umaanyar.

Namun, dalam tiga tahun terakhir ini, kerajinan yang menggunakan bahan baku lokal itu sulit ditemukan lantaran sudah ditinggalkan warganya. Kenapa?

Kesulitan bahan baku bambu, merupakan salah satu faktor penyebab atau alasan warga Nyalian meninggalkan profesi sebagai perajin anyaman.

Mereka, kini lebih memilih berprofesi serabutan, buruh pasar, buruh bangunan atau penjual bunga dan canang di Pasar Galiran, Klungkung. Selain tidak banyak menghabiskan bahan baku yang tentunya biayanya mahal, proses pembuatan juga tak sesulit membuat anyaman.

Meski sampai saat ini masih ada warga yang bertahan sebagai penganyam. Kelompok kerajinan ini juga masih utuh terbentuk. Hanya saja, jumlah penekunnya tak seberapa. Hanya 10 persen (15 kepala keluarga) dari 150 kepala keluarga yang ada di Desa Nyalian.

Kondisi itu, tentu mencemaskan. Lantaran warisan leluhur luntur hanya gara-gara minimnya ketersediaan bahan baku. “Tetapi, kami tak bisa berbuat apa-apa.

Karena, kami sendiri tak mampu menyediakan bahan baku. Kalaupun harus dibeli dari tempat lain, tentu biaya yang dihabiskan tak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh perajin,” kata Kepala Desa Nyalian, IB Alit Negara, Selasa (30/10) lalu.

Menurut dia, perajin anyaman Desa Nyalian hanya mampu berproduksi setengah jadi. Untuk finishing, hasil anyaman mereka dikirim ke daerah lain, salah satunya Bangli.

Oleh karenanya, saat ini banyak masyarakatnya yang memilih berprofesi sebagai buruh bangunan atau buruh pasar. Khusus perempuan, memilih sebagai penjual bunga atau canang. “Coba saja lihat siang harinya, mulai pukul 13.00. Banyak masyarakat kami yang berjejer menjual bunga atau canang,” katanya.

Meski mengaku berat, untuk membangkitkan kembali warisan leluhurnya itu, IB Alit Negara berjanji akan terus berupaya dengan keras. “Lagipula, perhatian pemerintah (Disperindag) cukup lumayan besar. Buktinya, beberapa waktu sempat digelar pelatihan dan pembinaan,” katanya.

Kadisperindag Klungkung, IB Adnyana menyatakan, apapun potensi yang berpeluang berkembang di Klungkung akan terus digenjot. Termasuk kerajinan anyaman bambu di Desa Nyalian.

“Dasar warga terjun sebagai perajin harus kuat di situ (Nyalian-red). Untuk pembinaan tentu akan lebih mudah,” katanya. *bal (BisnisBali)

I Dewa Gede Bagus

Author & Editor

Semoga apa yang kami sajikan bermanfaat, kami mohon maaf jika ada tutur kata yang kami sajikan kurang berkenan.

0 komentar:

Posting Komentar